Jumat, 26 April 2013

Jumat, 05 April 2013

Mamaku Malaikatku

Kringggg.. Suara alarm dari jam meja hello kitty pink berdering. Waktu menunjuk tepat pada pukul 04.30 WIB.
“Hoammmm” Zel merenggangkan otot-otot tubuhnya dengan menggeliat ke kanan dan ke kiri. Zel membuka jendela berbentuk hello kitty di pojok kamarnya. Terlihat embun yang masih menetes di kelopak bunga mawar. Zel mempunyai hobi bercocok tanam, salah satu tanaman favoritnya adalah bunga mawar. Bunga mawar itu berada di taman kecil depan rumah mewah Zel. Suara burung yang merdu pun sudah terdengar di telinga Zel. Angin berhembus dan menerpa tirai jendela bewarna pink sehingga tampak melambai lambai.
Segera Zel ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, saat kran diputar ke kanan mengalirlah air suci dengan deras dan masih dingin dipagi itu. Setelah mengambil air wudhu, Zel jalan dengan wajah cerahnya pergi ke mushola kecil di belakang rumahnya untuk beribadah shalat subuh. Setelah shalat dia berdoa dengan khusyuk, didalam untaian doanya ia berkata. “Berikan yang terbaik untuk hari MOS SMA dihari pertama hamba-Mu ini Ya Allah”
Ya, sebulan yang lalu Zel baru saja melaksanakan UN SMPnya dengan mendapatkan nilai yang bagus dan nyaris sempurna, 39.00. Dengan prestasinya itu, Zel dapat masuk ke SMA favorit di kotanya, Jakarta.
Setelah shalat, ia pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu ia makan nasi goreng sea food favoritnya, yang pasti buatan dari ibu tercintanya, Nyonya Deni. Nyonya Deni sudah lama menjadi single parent. Tuan Deni sudah lama meninggalkan keluarganya menghadap yang Ilahi. Ia mengalami kecelakaan sesama mobil dua tahun yang lalu. Sehingga Nyonya Deni menjadi tulang punggung keluarga, ia seorang pianis terkenal di Nusantara. Nyonya Deni tidak jarang dapat panggilan untuk bermain piano hingga luar kota. Tetapi di hari pertama anak bungsunya masuk SMA, ia mengosongkan jadwal satu minggu sebagai pianis hanya untuk menemani anaknya dan melihat anaknya yang sudah tumbuh dewasa.
Di rumahnya, Zel hanya tinggal dengan kakak perempuannya yang sudah kuliah semester 5, kakaknya sering sekali meninggalkan rumah karena urusan kuliah, seperti penelitian. Kadang pula Lika lembur mengerjakan tugas di rumah teman atau kerja kelompok di rumah dosennya. Lika adalah nama kakak perempuan satu-satunya Zel. Zel juga tinggal dengan seorang pembatu setengah baya yang bernama Bibi Imah, dan sopir pribadi Zel dengan kakaknya yang bernama Pak Bambang. Pak Bambang yang mengantar jemput Zel dan Kak Lika. Kemanapun mereka pergi pasti diantarkan oleh Pak Bambang. Tepat pukul 06.30 WIB, Nyonya Deni sudah menyiapkan mobilnya untuk mengantarkan Zel sekolah. Memang itu sudah menjadi tugas Pak Bambang, tetapi Nyonya Deni yang meminta Pak Bambang untuk tidak mengantar Zel sekolah di hari pertama SMAnya. Nyonya Deni sangat menginginkan mengantar dan melihat kegembiraan anaknya dihari pertama SMAnya. Di hari pertama MOS, Zel memakai topi dari pot bunga hitam dan tas dari karung beras. Ia berpenampilan seperti itu karena tugas dari kakak kelas yang menjadi panitia MOS. Selama tiga hari ia akan berpenampilan ‘aneh’. Tidak jarang Zel menggerutu tentang penampilannya saat MOS, hingga saat Zel bercerita pada mamanya tentang penampilan yang akan ia pakai selama MOS ia sempat ngambek tidak ingin berangkat sekolah. Sesampainya di halaman sekolah, Nyonya Deni memarkirkan mobil BMW hitam nan mewah. “Ma, Zel sekolah dulu ya. Doain semoga gak disuruh aneh-aneh sama kakak kelasnya. Hehe” “Iyadeh anak mama yang cantik. Tapi kalau dikerjain kakak kelasnya ya.. sabar aja haha. Yasudah ke kelas gih, ntar telat lho”
“Iya ma. Assalamualaikum” Zel berpamitan mencium tangan mamanya dan melambaikan tangannya. Mobil BMW itu langsung meluncur keluar sekolah, jendela mobil dibuka dan tampak Nyonya Deni yang membalas lambaian tangan dari anaknya. Saat di dalam sekolah, Zel merasa bingung dimana kelas XA. Kelas XA adalah kelas paling unggul dalam sekolahnya. Hanya siswa yang memiliki NEM yang baik saja yang dapat memasuki kelas itu. “Maaf kak, kelas XA dimana ya?” Tanya Zel kepada salah satu kakak kelas yang gagah. “Kamu anak baru ya? Kelas XA ada di tingkat dua paling pojok” jawab kakak kelas itu dan tersenyum meninggalkan Zel. “Makasih, kak”
Setelah Zel sampai di depan kelas XA dia berdecak kagum. Warna cat kelasnya pink, warna kesukaannya. Saat ia memasuki kelas unggulan itu, Nampak disekelilingnya fasilitas yang mewah, AC, LCD, loker, meja dan kursi yang tampak mengkilat. Tampak seorang guru wanita berumur sekitar 30 tahun memasuki kelas Zel. Kelas yang tadinya ricuh karena anak-anak baru yang saling memperkenalkan diri menjadi tenang. “Selamat pagi anak-anak. Bagaimana kelas baru kalian? Terasa nyaman?” sapa seorang guru wanita di depan kelas. “Perkenalkan nama ibu adalah Ibu Marwah. Saya yang akan membimbing kalian selama satu tahun kedepan dan menjadi wali kelas kalian. Sekarang mari kita saling memperkenalkan diri, karena ada peribahasa yang mengatakan tak kenal maka tak sayang, supaya kita saling sayang maka perkenalkan diri kalian satu persatu ke depan kelas” lanjut seorang wanita yang ternyata bernama Ibu Marwah.
Satu persatu siswa maju untuk memperkenalkan diri mereka. Anak-anak yang lain menyimak dengan baik dan tenang. Setelah semua sudah memperkenalkan diri, tiba-tiba suara bel berbunyi Teeett.. “Waktu pertemuan pertama kita cukup sampai disini, setelah ini kalian pulang dan jangan lupa ambil satu lembar pengumuman ini. Selamat pagi, sampai jumpa hari esok” Bu Marwah mengangkat lembaran pengumuman dan meninggalkan kelas.

»»  READMORE...